CV. MENARA RIAU

PENERBIT CV. MENARA RIAU |PENDIRI|Sam Abednego Simbolon|PENASEHAT AHLI| M.T.Simbolon, Jhonny Hanny Tompunu,S.Th, M.Pd.K | PEMBINA | DR(HC).Sofyan,SR, DR(HC).Agen Simbolon | PIMPINAN UMUM |W.J.S | PIMPINAN PERUSAHAAN | Sam Abednego.S. | PIMPINAN REDAKSI | Sam Abednego Simbolon | REDPEL | | SEKRETARIS |Dewi.M.P| PENASEHAT HUKUM | IMMANUEL NDOEN,SH,MA,M.TH | STAF AHLI |Dantes.S.| LITBAG | Erwin.F.N | IT |Bromy Liong Sinaga, Harmen Suhaimi Harahap | DISIGN GRAFIS | H.S.Hrp, Willy Andreas Pasaribu | BIRO PEKANBARU | | BIRO BENGKALIS | Erwin F. Nababan (Kepala), R.L.Tampubolon, j.saragih, Ronal.S (Duri)| BIRO ROHIL | Supardi (Kepala)| BIRO ROHUL | | BIRO KAMPAR | | BIRO SIAK | | BIRO PELALAWAN | | BIRO INHIL |Supeno| BIRO INHU | |

Sabtu, 23 Agustus 2014

OKNUM PENDIDIK SMPN 4 MANDAU TAMPAR ANAK DIDIK



  • DIPUKUL KARENA TIDAK MENYAMPAIKAN SURAT PANGGILAN UNTUK ORANG TUA DARI PIHAK SEKOLAH. 
  • KEJIWAAN KORBAN SEDIKIT TERGANGGU SAAT MELIHAT GURU YANG MEMUKULNYA. 
  • SURAT PANGGILAN ORANG TUA RESMI PAKAI KOP SURAT INSTANSI SMPN 4 MANDAU, TETAPI TIDAK DITANDA TANGANI OLEH KEPALA SEKOLAH. 

Mandau, Menara Riau    

     Kasus pemukulan anak murid kembali terjadi di Kota Duri Kecamatan Mandau. Kali ini sekolah yang melakukan pemukulan itu berasal dari SMPN 4 Mandau. Kejadian pemukulan anak didik itu berawal dari tidak disampaikannya surat panggilan orang tua dari pihak sekolah oleh sang murid. Kemungkinan besar terjadinya pemukulan tersebut oleh karena guru wali kelas VII yang berinisial Nas merasa tidak ditanggapi atau tidak dihargai sebagai guru.  
Foto : TOMI KORBAN PEMUKULAN GURU SMPN 4 MANDAU.
     Kejadian pemukulan anak didik di SMPN 4 Mandau itu terjadi selepas Upacara bendera pada Senin (26/5) lalu. Guru wali kelas VII-A, Nas langsung memanggil Korban yang bernama Tomi itu dan membawanya ke ruangan Laboratorium sekolah. Saat berada di dalam ruangan Lab, ibu Nas mempertanyakan surat panggilan yang diberikan pihak sekolah perihal Tomi yang sering ‘Cabut’ dari sekolah kepada korban, apakah sudah disampaikan/diberikan kepada orang tuanya. Oleh karena surat tersebut tidak disampaikan tomi kepada orang tuanya, ibu Nas langsung marah dan memukul pipi Tomi sebanyak dua (2) kali dan dibagian mulut tomi sebanyak satu (1) kali.   

     Seketika itu juga Tomi langsung tersentak akibat pemukulan dari sang guru, ditambah rasa malu yang bukan kepalang dalam pikiran & hatinya atas pemukulan tersebut. Pasalnya, disaat dirinya (tomi) dipukul Ibu Nas di ruang Lab, teman-teman Tomi banyak yang melihat dirinya dari kaca jendela Laboratorium. “Saya malu Pak sama teman-teman, karena mereka lihat saya dipukul ibu Nas saat itu. Saya juga jadi takut setiap kali melihat ibu itu. Saya selalu menghindar apabila akan berpapasan dengan ibu itu”, papar Tomi kepada awak media pada Kamis (26/6).  

     “Bukan hanya Ibu Nas saja yang buat aku ketakutan dan malu Pak, Ibu Er (Guru PPKN) juga berbuat hal yang buat saya jadi malu terhadap teman-teman disekolah itu. Karena, Ibu Er pernah mengatakan aku ‘Idiot’ “, tambah Tomi.  

      Setelah ditelusuri lebih lanjut awak media dilapangan tentang adanya surat panggilan orang tua murid dari pihak sekolah itu, keterangan dari orang tua korban dan Tomi yang menjadi korban Pemukulan ternyata karena permasalahan tidak tertibnya Tomi selaku anak didik di SMPN 4 Mandau dan tidak mengikuti aturan yang ada di sekolah.  

     Ketika awak media konfirmasi ke pihak korban di tempat tinggalnya di jalan Sudirman (Samping Kantor Polsek Mandau), Tomi mengatakan, “Aku diberikan surat panggilan orang tua itu karena aku Cabut pada saat mata pelajaran Matematika. Pelajaran itu merupakan mata pelajaran terakhir hari Kamis (22/5) itu Pak. Aku hanya satu kali itu cabut Pak, itu pun karena gurunya tidak masuk ke kelas untuk mengajar hanya memberikan tugas kepada kami melalui ketua kelas”, jelas Tomi kepada awak media pada Senin (26/6).  

     Ketika awak media mendatangi sekolah dan mau konfirmasi ke kepala sekolah SMPN 4 Mandau pada Kamis (26/6), kepala SMPN 4 Mandau tidak berada ditempat. Pengakuan salah seorang guru mengatakan bahwa Kepala Sekolah hari ini tidak masuk sekolah. Saat ditelephone via HP, Kepala sekolah tidak bisa dihubungi atau HP nya mati. 
     Dari surat yang diberikan oleh guru wali kelas VII itu terdapat sedikit kejanggalan, yakni surat panggilan tersebut tidak ditanda tangani oleh Ibu Ros selaku Kepala Sekolah (Kasek), hanya ditanda tangani oleh Ibu Bethy.M selaku Bimbingan Konseling. Surat itu juga tidak ada cap stempel Sekolah. “Apakah surat panggilan dengan nomor : 422/ADM/2014/ …. Perihal Panggilan Orang Tua itu benar-benar diketahui oleh Kasek SMPN 4 Mandau??? Atau hanya spekulasi saja??? Pasalnya surat itu memakai Kop Surat resmi Sekolah dan surat tersebut sudah surat panggilan ke 1, 2 & 3.  

     Dan yang Ironisnya lagi adalah, Tomi selaku korban pemukulan oleh guru SMPN 4 Mandau yang terjadi pada Senin (26/5/2014) itu malah dirugikan dan ditambah malu lagi oleh pihak sekolah. Pasalnya, Tomi saat ini tidak naik kejenjang berikutnya atau tidak naik kelas 2. Hal tersebut semakin membuat kejiwaan korban semakin parah. Korban belakangan ini lebih sering menyendiri dan berdiam diri pada saat berada di rumah. Dan sesekali terlintas di pikirannya untuk tidak melanjutkan studinya lagi oleh karena factor kejadian yang menimpa dirinya di SMPN 4 Mandau.  

     Ketidaksenangan orang tua murid terhadap kejadian yang menimpa anaknya, Bapak Masrizon melaporkan kejadian pemukulan itu ke pihak UPTD Pendidikan Kecamatan Mandau dan ingin berjumpa dengan kepala UPTD Pendidikan pada hari Sabtu (21/6), namun tidak bertemu/jumpa dengan Kepala UPTD. Ketika ditanyakan Pak Masrizon keberadaan Ka.UPTD Pendidikan Mandau ke salah seorang pegawai mengatakan, “Ka.UPTD sedang keluar Pak, dan kami tidak tau nomor HP beliau”, ujarnya meniru ucapan pegawai itu.  

     Karena tidak berjumpa dengan Ka.UPTD, pegawai kantor menyarankan ke Pak Masrizon untuk datang pada hari Senin (23/6). Dan pada hari seninnya pun Pak Masrizon tidak berjumpa dengan Ka.UPTD Pendidikan Mandau. Walaupun sudah 2 hari tidak berjumpa dengan Ka.UPTD, Pak Masrizon tetap mendatangi Kantor UPTD Pendidikan Kec.Mandau pada hari Selasa (24/6) dan Hari Rabu (25/6), akan tetapi belum juga dapat bertemu dan menemukan titik terang atas permasalahan yang terjadi terhadap anaknya tersebut.  

     “Saya merasa dikecilkan dan tidak dihargai ketika datang ke kantor UPTD Pendidikan Kec.Mandau itu untuk menjumpai Ka.UPTD, padahal saya selaku orang tua korban pemukulan yang dirugikan dalam permasalahan itu”, ucap Pak Masrizon.  

     “Untuk tenggang waktu yang telah kami berikan selama ini sejak terjadinya pemukulan terhadap anak saya oleh salah seorang guru SMPN 4 Mandau, kepada pihak Sekolah maupun pihak UPTD Pendidikan Kec.Mandau masih tetap tidak memiliki etiked baik untuk menyelesaikan permasalahan ini, maka saya selaku orang tua dari Tomi Mas Yogi siswa SMPN 4 Mandau yang duduk di kelas I-A umur 13 tahun akan segera melaporkan permasalahan ini ke Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis, Herman Sani. Dan apabila pihak Dinas Pendidikan Kab.Bengkalis juga tidak mengindahkan dan tidak menanggapi laporan saya nantinya, saya akan melaporkan kasus pemukulan anak didik ini ke Komisi Perlindungan anak Indonesia (KPAI) dan ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas Ham) di Pekanbaru dan di Jakarta”, ungkap orang tua Tomi kepada awak.  

     “Seharusnya ranah sekolah itu tempat untuk mendidik, mencerdaskan dan membimbing anak didik kearah yang baik & benar agar bisa menjadi generasi bangsa yang dapat dibanggakan oleh semua pihak. Tapi, apabila kejadian pemukulan di ruang lingkup sekolah saja sudah sering terjadi, bagaimana pula anak didik tersebut mau belajar dengan baik dan para guru dapat menjadi suri tauladan bagi anak didik??? Apakah pihak sekolah dapat menjamin para anak didik yang ada di sekolah itu tidak meniru/tidak mengikuti apa yang dilakukan guru yang memukul/menampar anak didiknya sendiri tersebut??? Apakah hal pemukulan/penamparan anak didik itu sudah dapat mencerminkan suatu kebobrokan di dunia pendidikan???”, papar Masrizon kesal.       *SN/ 001.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar