CV. MENARA RIAU

PENERBIT CV. MENARA RIAU |PENDIRI|Sam Abednego Simbolon|PENASEHAT AHLI| M.T.Simbolon, Jhonny Hanny Tompunu,S.Th, M.Pd.K | PEMBINA | DR(HC).Sofyan,SR, DR(HC).Agen Simbolon | PIMPINAN UMUM |W.J.S | PIMPINAN PERUSAHAAN | Sam Abednego.S. | PIMPINAN REDAKSI | Sam Abednego Simbolon | REDPEL | | SEKRETARIS |Dewi.M.P| PENASEHAT HUKUM | IMMANUEL NDOEN,SH,MA,M.TH | STAF AHLI |Dantes.S.| LITBAG | Erwin.F.N | IT |Bromy Liong Sinaga, Harmen Suhaimi Harahap | DISIGN GRAFIS | H.S.Hrp, Willy Andreas Pasaribu | BIRO PEKANBARU | | BIRO BENGKALIS | Erwin F. Nababan (Kepala), R.L.Tampubolon, j.saragih, Ronal.S (Duri)| BIRO ROHIL | Supardi (Kepala)| BIRO ROHUL | | BIRO KAMPAR | | BIRO SIAK | | BIRO PELALAWAN | | BIRO INHIL |Supeno| BIRO INHU | |

Jumat, 28 Maret 2014

MEMPERSOALKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER



   
          " KARYA TULIS MAHASISWI UIN SUSKA RIAU FAK.PSIKOLOGI "   




     Di Negara kita, pada akhir-akhir ini banyak sekali ditemui kasus kekerasan di dalam ruang lingkup dunia pendidikan, seperti pemukulan yang di lakukan oleh guru terhadap murid ataupun pelecehan terhadap muridnya sendiri baik di tingkat SD, SMP maupun SMA. Salah satu contoh tindak kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan yang menyeret suatu Institusi Pendidikan yang mana membawa seorang guru kepala sekolah di salah satu Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Bengkalis, sungguh terlihat sangat miris. Pasalnya, kasus pemukulan tersebut di bawa ke ranah hukum dan hingga saat ini kasus tersebut belum selesai juga di tangani pihak aparat terkait dalam hal ini pihak Kejaksaan Negeri. 
     Menyikapi persoalan tersebut menurut pendapat saya, seorang pendidik khususnya guru di sekolah adalah model atau panutan atau contoh bagi siswa-siswinya. Seharusnya guru tersebut menjadi contoh yang baik. Sebagaimana kata Pepatah, ‘apabila kita mendidik dengan kekerasan maka anak didik mulai membenci; Apabila kita mendidik berlemah lembut maka anak didik akan mulai menyayangi. 
     Ketika guru melakukan tindak kekerasan maka tidak jarang muridnya akan menirukan hal yang sama. Karena bagi mereka kekerasan menjadi tindakan yang biasa dilihat dan biasa dilakukan. Dan yang paling memiriskan hati lagi adalah hal ini dapat menjadi kebanggan bagi si murid atau siswa dalam menirukan dan melakukan tindak kekerasan tersebut. 
Menurut Saya, pendidikan adalah landasan utama untuk melakukan perubahan besar bagi Indonesia. Hanya dengan pendidikan yang baik lah paradigma, sikap dan prilaku umat manusia dapat berubah dan tercerahkan. 
     Saya sendiri sangat setuju dengan pendapat Jhon Locke, seorang filsuf yang mengatakan bahwa “sejak lahir manusia merupakan sesuatu yang kosong dan dapat di isi dengan pengalaman-pengalaman yang diberikan lewat pendidikan dan pembentukan yang terus-menerus”. Lalu apa jadinya Institusi Pendidikan jika pendidikan yang terjadi di sekolah-sekolah para gurunyabsering memperagakan dan melakukan tindak kekerasan kepada murid atau siswa nya sendiri? 
     Dari lubuk hati saya yang paling dalam, saya tidak setuju dengan adanya tindak kekerasan seorang atau beberapa orang guru terhadap para muridnya dengan alasan apapun. Dari kebanyakan yang saya lihat serta ketahui tentang mekanisme atau cara mendidik memang berbeda-beda satu dengan yang lainnya, walaupun demikian cara yang di lakukan itu tidak sampai mencelakakan anak didik. Karena ‘jika anak di didik dengan kekerasan maka anak itu akan bertambah nakal, bukannya menjadi anak yang baik’. Begitu juga lah keadaannya ketika suatu tindak kekerasan sudah merambah masuk ke dunia pendidikan atau ke sekolah-sekolah, seperti yang kita ketahui bersama terjadi belakangan ini di berbagai daerah. 
     Di dalam mendidik anak murid atau siswa harusnya setiap guru memiliki cara dan trik tersendiri bukan hanya untuk di terapkan oleh para guru yang nota bene sebagai pendidik melainkan guru juga sebagai peran utama yang bisa memerankan semua aspek dalam kehidupan ini agar dapat masuk dan diterima oleh akal pikiran serta menetap dalam jiwa sanubari para murid atau siswa sehingga meninggalkan kesan yang positif dan baik nantinya tanpa ada menimbulkan efek dendam di dalam hati dan pikiran para murid melainkan di buat sebagai pembelajaran yang baik dan menjadi pengalaman yang berharga bagi seluruh siswa didik itu sendiri. 
     Saya pernah mendengar sebuah resonansi jiwa bagaimana seorang anak itu di didik yang mana hal tersebut menjadikannya kuat dan berkarakter tanpa intervensi kekerasan di dalamnya. Inti ceritanya adalah bagaimana respon seorang Ayah yang telah di bohongi oleh anaknya. Namun Ayah nya berkata, “ada sesuatu yang salah dalam membesarkan dan mendidik kamu, nak, sehingga kamu tidak mampu untuk berkata jujurterhadap ayah mu sendiri”! Kemudian ayah nya pada saat itu berdua pulang dengan anaknya memakai kendaraan mobil, lalu memutuskan untuk keluar dari mobil dan memilih jalan kaki selama 5 jam perjalanan untuk merenungi apa yang salah dalam mendidik anaknya. Sementara itu anaknya hanya mengendarai mobil di belakang ayahnya dengan pelan-pelan, padahal saat itu hari sudah gelap. 
     Begitulah seandainya sang ayah itu memberikan hukuman dengan cara kekerasan, maka perenungan itu tidak akan di dapatkan. Dan pelajaran mengenai suatu hukuman yang di berikan kepada anak, apabila anak itu mendapatkan hukuman dengan tindakan kekerasan maka akan menimbulkan suatu penderitaan serta akan melakukan hal yang sama pada generasi selanjutnya. 
     Namun pada resonansi jiwa tersebut menunjukkan bahwa memberikan pelajaran atau didikan yang baik itu terhadap anak bisa di lakukan tanpa di bubuhi kekerasan. 
     Saya pribadi adalah sosok yang anti kekerasan. Karena menurut saya jika dalam mendidik seorang guru menggunakan kekerasan terhadap muridnya maka akan banyak sekali menimbulkan efek negative bagi guru itu sendiri maupun terhadap para murid. 
     Dampak kekerasan terhadap siswa itu sendiri bisa tampak dan memiliki dampak yang kurang baik bagi siswa. Hal dampak yang kurang baik itu menyerang fisik, psikologis dan social. Dampak secara fisik mengakibatkan organ-organ tubuh siswa mengalami cacat seperti memar atau pun luka-luka. Secara Psikologis merupakan trauma psikologis yang menimbulkan rasa takut, rasa tidak aman/nyaman, dendam, menurunkan semangat belajar, menurunkan daya konsentrasi, menurunkan kreativitas, hilang inisiatif dan daya tahan (mental)  siswa, menurunkan rasa percaya diri, inferior, depresi, stress dan sebagainya. 
     Dalam jangka panjang dampak ini bisa terlihat dari penurunan prestasi, perubahan prilaku yang menetap. Sedangkan pada dampak social nya adalah siswa yang mengalami tindakan kekerasan tanpa adanya penanggulangan. Dan siswa juga bisa saja menarik diri dari lingkungan pergaulan, karena ada rasa takut, merasa terancam, merasa tidak bahagia berada diantara teman-temannya. Mereka juga menjadi pendiam, sulit berkomunikasi baik dengan guru maupun sesama temannya. Dan bisa jadi mereka menjadi sulit untuk mempercayai orang lain serta semakin menutup diri dari pergaulan. 
     Namun, kekerasan dalam pendidikan ini tidak akan bisa hilang dengan begitu saja selain dari keikutsertaan dan adanya kontribusi dari semua pihak. Bisa juga di dapat pemahaman tentang dampak yang sedang terjadi dari kejadian itu sendiri. Dan pada dasarnya di sini semua kalangan harus ikut merasa bertanggung jawab. 
     Sampai kapan kita akan bertahan untuk selalu diam, dan jika kemungkinan dalam posisi tersebut saudara kita, anak tetangga kita, dan bahkan anak kandung kita sendiri pun bisa mengenali dan mengalami tindakan kekerasan di sekolahnya.  “KARENA GURU ADALAH BENTENG TERAKHIR BAGI TEGAKNYA MORAL PANCASILA”.    *001.

·        PENULIS / KARYA ILMIAH   :  NAURAH NAZHIFAH.                                                                                  
·        UIN  SUSKA  RIAU,  JURUSAN PSIKOLOGI.                                                                                     
FAKULTAS  PSIKOLOGI  SEMESTER  AKHIR.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar